«» The Magic Of Love ® Ri-Chul Story «»

MoL

Author :

Me aka Reni Yunhae Uknow

Main Cast :

Park Riyoung

Kim Heechul

Lee Taemin as. Kim Taemin

Support Cast :

Shin Hyun-Gi

Lee Jihee as. Park Jihee

Hwang Seulra as. Park Seulra

Genre :

Fantasy-Comedy-Romance / Straight

Rated : PG-16

Length : OneShoot

Disclaimer :

Plot, ide cerita cmn milik author, kagak ada yang boleh protes!

*langsung di tendang ke surga(?)*

Perhatian!!! Membaca ff ini bisa menyebabkan muntah kodok(?), mata mulas(?), perut pusing(?), dan kepala iritasi berat(?). Jika sakit berlanjut hubungi Rumah Sakit Jiwa wkakaka…

*Langsung dimutilasi massa*

============ < ®®® > ============

~Author Pov~

Awan gelap mulai menyelimuti sebagian daerah di pesisir laut Barat, Negeri Amaranta(¹), sebuah negeri yang memiliki peradaban modern dengan segala ‘keajaiban’ di dalamnya.

Dan di tempat itulah berdiri sebuah kerajaan -sebut saja kerajaan Calla(²)- yang cukup besar, dengan penduduk yang makmur, serta memiliki kekayaan alam melimpah-ruah. Tapi… karena sebuah hawa mistis yang cukup kuat dan sejak dulu -entah mulai kapan?- selalu menyelimuti -dihampir tiap sudut kawasan itu- menjadikan kerajaan Calla sedikit demi sedikit mulai terisolir dari dunia luar.

Gluduk… Gluduk…

Jeduarrrr…

Suara petir mengelegar disertai dengan kilatan cahayanya menambah suasana yang cukup mengerikan menjadi semakin mencekam.

Tidak jauh dari semua itu, di salah satu kastil yang paling tinggi -di istana- terlihat sebuah ruangan dengan seluruh jendela yang tertutup rapat oleh gorden berwarna hitam, dan hanya memperoleh cahaya -sedikit remang-remang- dari beberapa lilin.

Saat itu, di tengah-tengah ruangan tampak seorang yeoja -dengan rambut panjang kecokelatan dalam balutan dess hitam tanpa lengan- sedang berdiri sambil mengayun-ayunkan sebuah tongkat di tangan kanannya.

Hyun-Gi

Tepat di depan yeoja itu, tengah duduk seorang namja -dengan rambut blonde-semi gondrong yang menyilaukan mata- terus menundukkan kepalanya dan sesekali tersenyum tipis.

“Hya! Kim Heechul! Kau tahu sudah berapa kali kau gagal dalam ujian sihir?” yeoja itu benar-benar terlihat murka. “Bahkan seluruh penduduk kerajaan ini bisa mencapai tingkat tujuh, tapi lihat dirimu! Kau ini Pangeran! Tidak, lebih tepatnya PUTRA MAHKOTA! Pewaris tahta kerajaan, bagaimana mungkin kau… kau… gagal dalam ujian tingkat… tiga? Aish!” yeoja itu menekan-nekan pelipisnya sebagai pelampiasan rasa frustasinya.

Pangeran Heechul berdecak sebal, namja -yang sendari tadi sibuk dengan cermin di tangan kirinya sambil memainkan poni dengan tangannya yang bebas- itu langsung mendongak. “Sepupuku sayang… kau telalu berlebihan. Hanya sebuah ujian sihir kan? Tidak terlalu penting bagiku.”

Yeoja itu menaikkan sebelah alisnya. “Tidak terlalu penting? Lantas apa yang terpenting bagimu? Kau punya planing yang bagus untuk negeri ini?”

Pangeran Heechul mengeluarkan senyum evil(?)nya, “Tentu saja ada.” terlihat kilatan di kedua mata namja yang mendapat gelar putra mahkota itu.

“APA?” tuntut yeoja itu dengan penuh tekanan.

“Apa kau pikir dengan ketampananku ini…”

Pletakkk…

Yeoja cantik itu menjitak kepala Pangeran Heechul, mungkin jika orang lain yang melakukan hal tidak senonoh seperti itu, sang Putra Mahkota tidak akan segan-segan mengaraknya keliling kerajaan dan pada akhirnya… di mutilasi secara perlahan(?). Tapi lain cerita jika yang melakukannya adalah sepupu sekaligus Master sihir kerajaan Calla bukan?

“Shin Hyun-Gi!” teriak Pangeran Heechul, tidak terima atas perlakuan yang diterimanya. “Kau tidak sadar telah memukul siapa? Aku ini Kim Heechul yang tam…”

Heechul“Cukup! Hentikan!” Putri Hyun-Gi menautkan kedua lengannya hingga membentuk tanda silang, “Bisakah sedikit saja kau kurangi kadar kenarsisanmu eoh?” Cibirnya sambil menyipitkan mata, “Demi Tuhan, ingatlah statusmu, atau… paling tidak contohlah Taemin.” Pangeran Heechul langsung mendelik sinis. “Aku heran, dia adikmu tapi kenapa… kau jauh lebih… ‘stupid’ darinya?!”

Pangeran Heechul mendengus pelan. “Pembicaraan yang tidak penting.” ujarnya seraya beranjak dari duduknya. Kesal? Tentu saja, Bukan berarti dia membenci adik sematawayangnya itu, hanya saja… seorang Pangeran Kim Heechul tidak akan pernah terima jika dirinya dibanding-bandingkan, apalagi dengan Pangeran Kim Taemin? Yang menurut pendapatnya hanyalah seorang adik manja, terlampau ‘imut’ dan selalu mengekor padanya? Oh… nanti dulu!

“Hya! Kau mau kemana?” teriak Putri Hyun-Gi.

“Tidur. Memangnya mau apa lagi?” jawab Pangeran Heechul sekenanya.

“Kau…”

“Well,” potong Pangeran Heechul cepat, “Apa kau tidak tahu, tidur lebih dari jam sembilan sangat tidak baik untuk kesehatan kulit?”

Putri Hyun-Gi melotot, dan secara refleks tangannya mulai mengepal, “KIM HEECHUL!”

 

============ < ®®® > ============

 

Mendung…

Ya, kerajaan Calla pagi itu masih di selimuti awan mendung, cuaca yang menurut sebagian orang ‘kurang bersahabat’ karena jujur saja hampir semua orang malas untuk melakukan aktifitasnya dan lebih memilih berlindung di bawah selimut tebal mereka. Tapi lain halnya bagi sebagian besar penghuni istana -sebut saja para dayang istana-, pagi hari -bagaiamanpun situasi dan kondisi yang ada- akan selalu menjadi… ‘something special’ yang selalu dinanti.

 

“Pagi semua…” sapaan riang dari seorang pemuda tampan -dengan rambut blonde, sedang menuruni anak tangga- seolah memberikan kesegaran tersendiri bagi semua penghuni istana.

“Pagi Pangeran.” sambut beberapa Dayang Istana dengan serempak.

“Kenapa hari ini rasanya sepi sekali?” gumam pemuda -yang dipanggil Pangeran- itu sambil memutar kepalanya ke kiri dan kanan dengan cepat.

Seorang kepala Dayang tersenyum mendengar gumaman itu. “Pangeran Taemin.” Dayang paruh baya itu membungkukkan badannya dengan maksud memberi hormat. “Tuan Putri Hyun-Gi sudah berada di ruang makan, sedangkan Pangeran Heechul masih belum keluar dari kamar beliau.”

“Ah… terima kasih atas informasinya.” Pangeran Taemin tersenyum manis, membuat beberapa Dayang yang melihatnya sedikit menahan napas karena terlalu… kagum? Entahlah! Yang jelas pangeran kedua di kerajaan itu memang menjadi idola bagi semua orang terutama para Dayang dan sebagian besar makhluk(?) berjenis kelamin ‘perempuan’. “Ehm… sepertinya aku harus menemani Hyun-Gi noona menikmati sarapannya.” Pangeran Taemin terkekeh pelan, kemudian berjalan menuju ruang makan.

 

Tik… Tuk… Tuk… Tak…

Dentingan suara sumpit serta sendok yang beradu dengan mangkuk terdengar cukup nyaring namun seolah menjadi melodi tersendiri di ruang makan tersebut. Dan di sana terlihat Putri Shin Hyun-Gi yang tengah menikmati semua makanan yang tersaji di hadapannya dengan sangat lahap.

“Pagi Noona…” sapa Pangeran Taemin dengan riang seraya mengeser sebuah kursi tepat di samping Putri Hyun-Gi.

Taemin1“Pagi Taeminnie.” balas Putri Hyun-Gi dengan senyum simpul, “Seperti biasa kau terlihat sangat tampan pangeran kesayanganku.” sambungnya seraya mengacak rambut sang Pangeran.

“Noona, kau merusak tatanan rambutku.” seru Pangeran Taemin sambil mengembungkan pipinya.

“Aigoo… sejak kapan kau memikirkan tatanan rambut?” yeoja itu menyipitkan matanya.

“Hehehe…” Pangeran Taemin hanya tersenyum malu-malu seraya berusaha merapikan rambutnya.

“Arghhhh…” tiba-tiba terdengar sebuah teriakan tajam yang memekankan telinga semua orang, bahkan kemungkinan besar nenek-nenek yang sekarat langsung bangun saking kagetnya. “Shin Hyun-Gi! Kubunuh kau!” lagi-lagi terdengar suara yang mampu membuat semua penghuni istana shock, hingga membeku di tempat.

Pangeran Taemin begidik ngeri mendengar teriakan-teriakan itu, dengan cepat dia menoleh pada Putri Hyun-Gi sambil memincingkan matanya.

“Noona, apa yang telah kau lakukan pada Hyung?”

Putri Hyun-Gi melirik Pangeran Taemin sekilas, kemudian mengedikkan bahunya singkat. “Tidak ada yang special.” jawabnya acuh seraya melahap kembali hidangan yang ada di depannya.

“Benarkah? Tapi kenapa aku memiliki firasat bu…” kata-kata Pangeran Taemin terputus begitu saja manakala mendapati sosok orang yang tengah dibicarakan kini telah berdiri di hadapannya.

Brakkk…

Dengan kasar Pangeran Heechul mengembak meja, “Shin Hyun-Gi!” desisnya.

Suara gebrakan meja ternyata sukses membuat Putri Hyun-Gi mendongakkan kepalanya -malas-malas- dengan pandangan sinis.

“Apa?” tukas Putri Hyun-Gi sambil mengedikkan dagunya, seolah menantang lawan bicaranya.

“Apa? Kau tanya apa?” geram Pangeran Heechul, “Kau tidak sadar apa yang telah kau lakukan padaku? Pada Putra Mahkota kerajaan ini, hah?”

Mendengar suara Pangeran Heechul yang semakin naik beberapa oktaf, serta merta membuat Pangeran Taemin membelalakkan matanya, tidak hanya itu, sang Pangeran kedua ternyata sedang berusaha sekuat tenaga menahan tawanya agar tidak pecah.

Disisi lain, Putri Hyun-Gi memutar bola matanya acuh, “Kurasa apapun yang kulakukan padamu bukan sesuatu yang serius.”

“MEMBUAT WAJAHKU DIPENUHI DENGAN BISUL MENJIJIKKAN MENURUTMU BUKAN SESUATU YANG SERIUS? YANG BENAR SAJA!”

Dengan cepat Pangeran Taemin beranjak dari duduknya, sedikit berlari menghampiri kakak satu-satunya itu. “Hyung, tenangkanlah dirimu.”

“Tenang? Apa menurutmu aku masih bisa tenang?” tukas Pangeran Heechul tajam. “Lihat perbuatan Noona kesayanganmu itu! Apa menurutmu cukup etis memperlakukan Putra Mahkota seperti ini?”

Putri Hyun-Gi memejamkan matanya rapat-rapat, merasa jengah dengan namja yang ada di hadapannya saat ini dan tanpa sadar tangannya telah terkepal kuat.

“Hyung, aku bisa membantu…”

“Diam kau bocah ingusan!” sergah Pangeran Heechul cepat, “Aku mau dia yang bertanggung jawab penuh atas perbuatannya!” tukasnya seraya mengarahkan telunjuk ke arah orang yang dimaksud.

Putri Hyun-Gi menaikkan sebelah alisnya, dengan santai dia berdiri, menghampiri namja yang sendari tadi telah membuat emosinya naik sampai ke puncak ubun-ubun. “Lucu! Bukankah seharusnya kau bisa menetralkan mantra sederhana itu? Ah… aku lupa kau bahkan tidak lulus ujian sihir level tiga kan?” cibirnya sarkastis. “Apa perlu sekalian kubuat wajahmu tidak berbentuk lagi?” ujarnya seraya mengarahkan tongkat sihir tepat di depan wajah Pangeran Heechul.

“Mwo? Berani kau mengancam Putra Mahkota? Apa kau tidak tahu akibat dari peryataanmu tadi?”

“Dan apa kau tidak tahu apa akibatnya jika menyulut emosi Master sihir kerajaan Calla?”

 

Hening…

Keduanya diam cukup lama, saling melemparkan tatapan tajam satu sama lain dengan rahang yang mengeras, dan hal itu sukses membuat Pangeran Taemin menelan ludahnya dengan susah payah.

Sedikit ragu-ragu, Pangeran Taemin mencoba untuk mengeluarkan suaranya, bermaksud mencairkan suasana disekitarnya. “Err… Hyung…” panggil Pangeran Taemin lirih.

“Apa maumu?” desis Pangeran Heechul dengan penuh tekanan.

“Eh?” Pangeran Taemin sedikit gelagapan, yang pada akhirnya hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya yang… bisa dipastikan sebenarnya tidak gatal.

“Bagaimana jika kita buat kesepakatan?” suara Putri Hyun-Gi sontak membuat Pangeran Taemin menoleh, dan saat itulah dia sadar bahwa sendari tadi dirinya sangat ‘transparan’ bagi dua orang yang berada dalam masa-masa ‘pertempuran’.

Pangeran Heechul menyerigai, “Cukup menarik. Well, kesepekatan seperti apa yang akan kita buat?”

“Mudah saja.” kali ini Putri Hyun-Gi juga mengeluarkan seringaian liciknya. “Kau… hanya perlu membuktikan satu hal, dan aku Shin Hyun-Gi Master sihir sekaligus penasehat kerajaan Calla akan dengan senang hati mengakui kemampuanmu, sebagai tambahan aku tidak akan pernah lagi mengusik semua tingkah ‘aneh’mu itu. Bagaimana?”

Pangeran Heechul menaikkan sebelah alisnya, “Membuktikan satu hal?”

“Iyup. Kenapa? Baru menyadari kemapuanmu yang minim? Merasa kurang percaya diri? Menyerah kalah sebelum berperang eoh?” berondong Putri Hyun-Gi dengan pandangan mengejek.

“Kau benar-benar menantangku, Nona Shin?”

“Kurasa… memang seperti itu.”

“Baik! Lantas apa yang harus kulakukan agar secepatnya bisa membungkam mulutmu yang secantik burung Beo itu?”

Putri Hyun-Gi menarik napasnya dalam-dalam, berusaha meredam emosinya. “Buktikan padaku kalau kau bisa membuat seorang yeoja yang tentu saja telah kutunjuk, gara… jatuh cinta padamu, tidak mungkin lebih tepatnya… ‘kalian berdua’ harus saling satuh cinta.”

“Mwoya? Kau gila?”

“Tentu saja level kewarasanku masih jauh di atasmu, stupid!” sungut Putri Hyun-Gi sambil melipat tangannya di depan dada. “Asal kau tahu Mantra Cinta adalah sihir tingkat tinggi yang tidak semua penyihir bisa menguasainya, bahkan Taeminie belum pernah kuajarkan sampai ke lever itu. Jadi beruntunglah dirimu karena mendapatkan tantangan dariku, secara otodidak pula, yang artinya… jika kau berhasil aku akan secara gambalang mengakui kehebatanmu.”

Pangeran Heechul terdiam, berusaha mempertimbangkan tawaran atau lebih tepatnya tantangan itu.

Dan di saat kebisuan tengah menyelimuti seluruh ruangan, tiba-tiba saja Pangeran Taemin -yang sejak awal memang hanya bisa menjadi penonton setia- menarik ujung dress Putri Hyun-Gi. “Noona, siapa yeoja yang harus ditaklukkan oleh hyung?” bisiknya tepat di telinga kiri yeoja itu.

Putri Hyun-Gi mengedikkan bahunya acuh, “Entahlah, kau lihat saja nanti.” jawabnya dengan suara yang tidak kalah rendah.

“Eh? Well, Noona, kau yakin menyuruh Hyung melakukan hal itu?”

“Aku yakin kemungkinan besar Putra Mahkota akan gagal.”

Pangeran Taemin mengeryit, detik berikutnya dia bergidik ngeri saat melihat senyum penuh kelicikan yang muncul di bibir yeoja dengan paras rupawan itu.

“Oke.” Baik Putri Hyun-gi dan Pangeran Taemin langsung memutar kepalanya dengan cepat, begitu mendengar suara yang keluar dari bibir Pangeran Heechul. “Kurasa… dengan ketampanan yang kumiliki ini semua yeoja bisa kutaklukkan dengan sangat mudah.”

“Benarkah?” tanya Putri Hyun-Gi sekeptis.

“Tentu saja!” Pangeran Heechul menaikkan dagunya dengan penuh kepercayaan diri. “Tapi sebelum itu… SEMBUHKAN DULU WAJAHKU!”

Putri Hyun-Gi terkekeh pelan. “Padahal kupikir kau sudah lupa dengan bisul di wajahmu itu.”

“HYA! SHIN HYUN-Gi!”

 

============ < ®®® > ============

 

Hamparan rumput hijau dengan hiasan berbagai macam bunga Krisan membentang luas sepanjang bukit di daerah pegunungan sebelah Timur, kawasan Negeri Amaranta.

Semilir angin menyapa tiap helai dedaunan dengan lembut hingga membuat semua tanaman hijau itu menari-nari dengan segenap kelincahnya di bawah pancaran sinar mentari yang tersenyum ceria berusaha menebarkan kehangatan bagi seluruh ‘makhluk’ di perbukitan itu.

Di sana, berdiri sebuah kerajaan -sebut saja Cloris(³)- yang diperintah oleh seorang Raja -bermarga Park-dengan segala kebijaksanaannya, sehingga membuat kerajaan tersebut tercatat sebagai salah satu kerajaan terbesar dengan sistem pemerintahan terbaik.

Namun sayang, sampai detik ini sang Raja belum -sekalipun- dikaruniai seorang anak laki-laki, hingga pada akhirnya… dengan suka rela Raja mengangkat adik semata-wayangnya sebagai Putra Mahkota, pewaris tahta kerajaan. Di samping itu, sepertinya Raja memang harus cukup puas dengan ketiga putrinya yang memiliki keistimewaan masing-masing.

 

Taman istana -kerajaan Cloris- terlihat begitu megah dan menyegarkan, tatanan yang sangat rapi dengan aneka warna bunga begonia yang menghiasi beberapa sisi taman serta sebuah air mancur yang berada tepat di tengah-tengah taman telah berhasil menambah kecantikannya.

TamanDi sana, di salah satu sudut taman, tampak seorang yeoja -dengan pipi cabi, mengenakan dress warna hitam serta rambut hitam-kecokelatan yang dikepang satu- tengah duduk di sebuah ayunan, pandangan matanya lurus menatap keindahan taman pribadi miliknya bersama kedua kakak perempuannya. Ya, putri bungsu dari sang pengusa kerajaan itu memang terlihat sangat polos atau mungkin sebenarnya sedikit… bodoh?

SeulraTidak lama berselang tiba-tiba pandangannya teralih pada sebuah benda mengkilat yang tergeletak begitu saja di atas rumput, tidak jauh darinya. Tanpa pikir panjang yeoja imut -yang tidak lain adalah Putri Seulra- beranjak dari tempatnya berusaha memungut benda asing yang dengan sukses telah menarik perhatiannya.

“Ah… pematik api.” serunya girang. “Cantik…” gumamnya pelan, masih mengagumi pematik api -berwarna perak dengan ukiran seekor burung phoenix- di tangannya.

Perlahan tapi pasti, Putri Seulra mulai membuka penutup yang terdapat di sisi atas pematik api, mencoba menyalakan pematik tersebut.

Wussss…

Suara nyaring yang keluar dari -nyala api- pemantik tersebut membuat yeoja itu tersenyum simpul, dan sebuah ide melintas begitu saja di otaknya.

Wussss…

Detik itu juga nyala api dari pemantik tersebut terlihat semakin membesar, dengan cepat Putri Seulra menutup kembali pematik api di tangannya, namun… cukup mengejutkan karena kini… tangannya yang bebas dipenuhi dengan kobaran api yang cukup besar.

Wussss…

Nyala api itu semakin membesar, dengan cekatan Putri Seulra memutar tubuhnya, mengarahkan kedua tangannya ke arah langit di ikuti dengan sebuah semburan bunga api yang jauh lebih besar. Detik berikutnya, dia mulai mengecilkan nyala api itu, memutar-mutar tubuhnya, mengarahkan kedua tangannya -masing-masing ke kiri dan ke kanan- hingga terlihat… seolah-olah tubuhnya diselubungi oleh kobaran api yang membara.

Wussss…

Suara tawa renyah yang keluar dari bibir Putri Seulra mengiringi setiap kegiatan dalam memainkan api di tangannya, merasa cukup puas dengan ‘kemampuan’ yang menurutnya semakin berkembang pesat. Sejurus kemudian, secara perlahan rasa lelah mulai merayapi tubuh mungil Putri Seulra, dan sebuah helaan napas keluar dari bibirnya.

“Kurasa sudah cukup experimenku hari ini.” gumamnya seraya mengantupkan kedua tangannya dengan maksud mengakhiri permainan serunya. “Eh?” sorotan mata penuh kebingungan mulai terlihat di wajah imutnya. “Kenapa tidak bisa padam?” dengan sekuat tenaga yeoja itu berusaha menghentikan nyala api yang entah mengapa semakin bertambah besar. Panik? Tentu saja. “Eonnieeeeee… tolong akuuuu…” lolongnya panjang, keras membahana sampai ke dalam istana, dan detik berikutnya…

Byuuuurrrrr…

“Eonnieeeee… kau membuatku basah kuyup!” teriaknya super keras, seraya menghentak-hentakkan kaki sebagai perwujudan rasa kesalnya.

“Park Seulra! Kau sengaja mau merusak gendang telingaku ya?” sungut seorang yeoja -dengan rambut cokelat-kemerahan yang digerai bebas, dalam balutan dress hitam- yang terlihat baru keluar dari dalam istana. “Lagipula… bukankah tadi kau yang berteriak minta tolong?” yeoja itu manaikkan dagunya, tersenyum licik(?).

Jihee1“Iya. Tapi… Jihee Eonnie… kau tidak perlu membuatku basah kuyup seperti kan?!” rajuk Seulra seraya menggembungkan kedua pipinya.

Yeoja yang di panggil Jihee -putri pertama kerajaan Cloris- itu hanya memutar bola matanya. “Memanganya apa lagi yang bisa kulakukan? Tidak lihat besarnya api di tanganmu yang bisa saja membakar seluruh isi pulau sewaktu-waktu?” yeoja itu mendelik ke arah Putri Seulra yang serta-merta membuat adik bungsunya itu menciut seketika. “Dasar! Merepotkan! Kalau tahu belum bisa mengontrol kekuatanmu dengan baik jangan coba-coba berlagak tanpa ada yang mendampingi, bodoh!” mendengar suara merdu yang keluar dari mulut Putri Jihee tanpa sadar mata Putri Seulra mulai berkaca-kaca. “Berhenti menunjukkan raut wajah seperti itu! Kau mau menangis? Dasar cengeng!” lagi-lagi Putri Jihee mengeluarkan kata-kata pedasnya, membuat Putri Seulra semakin menundukkan kepalanya. “Hya-hya! Aish! Park Riyoung… “ teriak Putri Jihee dengan penuh tekanan.

“Wae?” jawab seorang yeoja -dengan rambut hitam panjang-sedikit bergelombang, yang tampak anggun dalam balutan dress hitam tanpa lengan- yang entah sejak kapan telah berdiri tidak jauh di belakang Putri Jihee.

Riyoung4“Huaaa… sejak kapan kau datang?” Putri Jihee tersentak, mengurut dadanya pelan.

 

Putri Riyoung -putri kedua kerajaan Cloris- memutar bola matanya malas, “Sejak ‘nyanyian’mu mengalahkan merdunya suara kicauan burung di pagi hari.” ujarnya sarkastis.

 

Jihee mendesah pelan. “Terserahlah… well, bisa kau bantu aku untuk mengeringkan baju adik kesayangan kita yang paling manis itu?”

 

“Bukan masalah besar.” jawabnya acuh.

 

Sejurus kemudian, Putri Riyoung mengayunkan tangan kanannya kemudian…

 

Wuuusssss…

 

Angin kencang membentur tubuh Putri Seulra dengan kuat hingga membuat yeoja imut itu hampir tersungkur di tanah.

 

“Upsss… maaf Seulra.” seru Putri Riyoung seraya menarik tangan Putri Seulra yang sedikit sempoyongan. “Angin tadi terlalu kencang ya?” Putri Seulra menatap kakaknya itu dengan wajah innocent-nya, kemudian mengangguk pelan. “Apa perlu kutambahkan sedikit petir?”

 

“Eonnieeee…” lagi-lagi Putri Seulra berteriak dengan sangat kencang, memekakan telinga.

 

Sedangkan Putri Jihee dan Putri Riyoung? Mereka hanya terkekeh pelan, karena telah sukses mengerjai adik manis nan polos yang sangat mereka sayangi itu.

 

“Hya! Ada apa ini? Kenapa Seulra berteriak-teriak seperti itu?” seorang namja -dengan rambut hitam semi gondrong, serta lesung pipt kecil di bawah bibir kirinya- muncul sambil berkacak pinggang, matanya menyipit, menatap Putri Jihee dan Putri Riyoung dengan tatapan tajam, penuh dengan pandangan mengintimidasi.

Jungsoo

Namja tampan itu tidak lain adalah Park Jungsoo, Putra Mahkota kerajaan Cloris sekaligus paman dari ketiga putri cantik tersebut.

“Memangnya apa yang kami lakukan? Samchon lihat sendiri kan Seulra dalam keadaan baik-baik saja, bahkan hidungnya masih tetap menempel di tempatnya.” ujar Putri Jihee diplomatis.

“Benarkah?” Putri Jihee dan Putri Riyoung mengangguk secara bersamaan, sedangkan Putri Seulra hanya mampu menghela napas pelan. “Seulra, mereka mengerjaimu lagi?”

“Eh? Ehm… ti-tidak…”

“Tidak sepenuhnya salah maksudmu?” sergah Pangeran Jungsoo cepat membuat Seulra tersentak, dengan gugup dia melirik ke arak kedua saudaranya itu.

Putri Jihee mengerucutkan bibirnya, “Dasar pria tua yang membosankan.” gerutunya seraya melangkahkan kaki, masuk ke dalam istana.

“Hya! Park Jihee! Aku mendengar kata-katamu barusan!” belum selesai Pangeran Jungsoo meluapkan segala bentuk rasa kesalnya kini ekor matanya menangkap sosok Putri Riyoung yang melenggang acuh menuju luar istana. “Hya! Park Riyoung! Mau ke mana kau?” Putri Riyoung menghentikan langkahnya, memutar sedikit tubuhnya, menatap Samchonnya dingin, kemudian mengedikkan bahunya acuh, dan kembali melangkahkan kakinya tanpa menghiraukan berbagai ekspresi yang di timbulkan oleh pria yang lebih tua 10 tahun darinya itu. “Aish! Kenapa aku bisa mempunyai keponakan seperti mereka?” Pangeran Jungsoo mengacak-acak rambutnya frustasi.

 

Itulah sekelumit pemandangan yang hampir setiap hari biasa terlihat di dalam lingkungan istana Cloris, yang tentu saja dengan keistimewaan para penghuninya. Ya, semua garis keturunan keluarga kerajaan -Cloris- memang selalu dianugerahi dengan berbagai ‘bakat’ yang cukup unik.

Raja Park Yoochun, pengusa kerajaan, memiliki kemampuan telephaty di samping itu sang Raja juga mampu memahami bahasa tumbuhan dan hewan dengan sangat baik.

Putri Park Jihee, memiliki kemampuan untuk mengendalikan air serta membekukan unsur tersebut.

Putri Park Riyoung, memiliki kemampuan untuk mengendalikan angin dan menciptakan petir.

Putri Park Seulra, sejauh ini kemampuan yang dimilikinya adalah mengendalikan api.

Pangeran Park Jungsoo, memiliki semacam pheromon yang mampu membuat orang lain berada dalam kendali pikirannya, selain itu… dia merupakan salah satu orang yang bisa mengendalikan ketiga keponakannya yang sedikit ‘unik’.

Tapi tunggu dulu…

Hanya segelintir orang yang mengetahui keistimewaan keluarga kerajaan tersebut, bahkan hampir seluruh rakyat tidak mengetahui -apapun- tentang semua ‘keistimewaan’ itu. Sebenarnya bukan bermaksud untuk merahasiakan, karena pada dasarnya… selama ini mereka hanya diam, berusaha menghindari segala sesuatu yang tidak diinginkan.

 

============ < ®®® > ============

 

Suasana tenang dan damai tengah menyelimuti ruang makan, di dalam istana Cloris, seolah keributan kecil -beberapa jam yang lalu- telah menguap begitu saja.

“Kudengar Putra Mahkota dari kerajaan Calla akan datang berkunjung.” ujar Pangeran Jungsoo di tengah-tengah aktivitasnya melahap makanan.

Putri Riyoung menaikkan sebelah alisnya, “Eh? Kenapa ‘Putra Mahkota’ repot-repot datang kemari?”

“Kerajaan Calla ingin menjalin sebuah kerjasama, makannya mengutus Putra Mahkota sendiri yang datang kemari.” jelas Pangeran Jungsoo, dan tanpa diketahui oleh semua orang diam-diam Putri Jihee tengah mendengus sebal. “Jadi, persiapkan diri kalian karena dua hari lagi rombongan dari kerajaan Calla akan tiba.”

Hening…

Dan sejurus kemudian, berbagai reaksi mulai mewarnai ‘kesunyian’ yang sempat tercipta.

Putri Seulra, merasa cukup tertarik dengan kunjungan yang berlangsung tidak lama lagi.

Putri Riyoung, beberapa kali dia berdecak kesal, merasa kebebasannya mulai terancam karena kedatangan tamu yang tidak diundangnya.

Sedangkan Putri Jihee, dia terkesan acuh, lebih memilih untuk tetap fokus pada semua hidangan menggiurkan yang tersaji di hadapannya.

 

============ < ®®® > ============

 

Dua Hari Kemudian…

Istana Cloris, dengan cuaca ceriahnya…

 

Rombongan dari Kerajaan Calla telah tiba di depan gerbang istana.

Tampak Pangeran Heechul, Pangeran Taemin, serta Putri Hyun-Gi yang sangat mencolok di mata para pengawal kerajaan dan sebagian besar rakyat -di dominasi yeoja- yang ingin melihat kedatangan tamu penting keluarga kerajaan.

“Aku suka tempat ini.” celetuk Pangeran Taemin seraya melambaikan tangannya bak supermodel yang berdiri di atas catwalk.

Putri Hyun-Gi mengeryit tidak suka, “Maksudmu?”

“Apa Nonna tidak lihat?”

“Lihat apa?”

“Suasana yang menyenangkan di sini? Rasanya sangat kontras dengan keadaan di kerajaan kita.” papar Pangeran Taemin panjang lebar, yang entah mengapa… ternyata mampu membuat Putri Hyun-Gi menghembuskan napas lega.

“Sebaiknya kau kurung saja dia di dalam kandang ayam.” desis Pangeran Heechul tepat di telinga Putri Hyun-Gi.

“Apa maksudmu?” tuntut Yeoja itu dengan nada kesal.

“Apa ya?” jawabnya ambingu seraya melenggang angkuh memasuki halaman istana, membuat Putri Hyun-Gi mengantupkan rahangnya keras, berusaha menahan diri untuk tidak memantrai sepupu ‘kesayangannya’ itu.

 

“Selamat datang di kerajaan Cloris, Putra Mahkota Kim Heechul.” sambut Pangeran Jungsoo dengan senyum yang merekah.

 

Pangeran Heechul membungkukan badannya sekilas, “Terima kasih, ehm…”

“Jungsoo, namaku Park Jungsoo, Putra Mahkota kerajaan ini.”

“Eh?” Putri Hyun-Gi menaikkan sebelah alisnya. “Kalian sama-sama Putra Mahkota, tapi kenapa rasanya Pangeran Jungsoo lebih tu…”

“Ah… bagaimana kalau sekarang kita pergi ke taman?” sela Pangeran Jungsoo cepat, berusaha mengalihkan pembicaraan. Sejujurnya… dia tahu dengan pasti kemana arah pembicaraan barusan, dan bagaimanapun juga faktor usia adalah topik yang cukup sendsitif baginya. “Kurasa ketiga keponakanku sudah menyiapkan jamuan minum teh di sana.” ujarnya seraya membimbing tamu-tamunya menuju taman istana.

Putri Hyun-Gi mengeryit, kemudian mendengus kesal. “Dasar tua bangka!” rutuknya dalam hati.

“Nonna, kenapa kau cemberut seperti itu?” Pangeran Taemin menyikut lengan Putri Hyun-Gi yang berdiri di sampinya.

“Tidak, aku hanya sedang berfikir mantra apa yang cocok di gunakan untuk mengutuk pria tua tidak punya sopan-santun.”

“Eh? Memangnya da orang yang seperti itu?”

“Ada, dan aku telah bertemu dengan orang seperti itu.”

“Ehmm… bagaiman kalau pakai mantra perubah? Siapa tahu dengan begitu dia bisa ‘taubat’.”

“Mantra perubahan?” tanpa sadar Putri Hyun-Gi telah menyungingkan senyum liciknya, membuat namja tampan yang ada di sampingnya itu begidik ngeri. “Boleh juga!” desisnya pelan, kemudian melenggang anggun menuju taman istana.

 

============ < ®®® > ============

 

Rapat Rahasia -dadakan- Putri Hyun-Gi dan Pangeran Taemin…

Bertempat di salah satu sudut ruangan, kamar tamu Putri Hyun-Gi…

 

“Bagaiman menurutmu?” yeoja cantik itu melipat tangannya di depan dada.

“Kurasa Putri Seulra bisa langsung kita diskualifikasi.”

“Memangnya kenapa?”

“Apa Nonna tidak lihat betapa polosnya yeoja itu? Apa Nonna mau… kalah telak?”

Putri Hyun-Gi mendesah pelan. “Kau benar, Putri Seulra tidak memenuhi syarat.” Pangeran Taemin mengangguk, menyetujui pendapat itu. “Bagaimana dengan Putri Jihee?”

“Dia lebih muda 2 tahun dari hyung, seumuran dengan Nonna, sepertinya kalian bisa cocok.”

“Benarkah?”

Pangeran Taemin menelan ludahnya pelan, menatap Putri Hyun-Gi sejenak. “Jujur saja meskipun dia terlihat anggun dan sangat ramah, tapi… saat melihat sorotan matanya, aku merasa dia memiliki tingkat kelicikan yang cukup tinggi.”

“Wow… bukankah itu artinya dia kandidat yang kuat?”

Pangeran Taemin menggeleng pelan. “Terlalu licik bisa mengagalkan rencana kita.”

Lagi-lagi putri Hyun-Gi mendesah pelan. “Kau benar. Kalau seperti ini… satu-satunya harapan kita tinggal Putri Riyoung?”

“Sebenarnya Putri Riyoung sangat menyeramkan, apa Nonna tidak lihat tatapannya yang dingin itu?” “Eh? Bukankah dia seumuran denganmu?”

“Memang, tapi aku cukup merinding saat di dekatnya.”

“Apa maksudmu?”

“Apa Nonna tidak tahu? Aku ini kan namja sensitif.” ujar Pangeran Taemin dengan wajah innocent.

Putri Hyun-Gi langsung membulatkan kedua matanya. “Apa maksudmu? Kita tidak sedang bermain-main Kim Taemin! Semua tidak cocok? Lalu… apa sebaiknya kupilih salah satu Dayang istana kerajaan ini eoh?”

“Pilih saja Putri Riyoung.”  sanggah Pangeran Taemin cepat, membuat Putri Hyun-Gi menaikkan sebelah alisnya. “Bukankah dia bagaikan Putri es? Kurasa Hyung akan sangat kewalahan menghadapinya.” kekehnya pelan.

“Ternyata diam-diam kau cukup licik, Kim Taemin.”

“Tidak juga, aku hanya penasaran dengan wajah frustasi Hyung.” ucapnya pelan diiringin dengan tawa pecah keduanya.

“Bagaimana kalau sekarang kita pergi ke kamar Heechul, dan memberitahukan kabar gembira ini padanya?”

“Setuju.”

Dengan cepat keduanya beranjak, menuju kamar tamu yang disediakan untuk Pangeran Heechul.

 

Tokkk… Tokkk… Tokkk…

Suara ketukan di daun pintu membuat Pangeran Heechul mendongak, dan dengan cepat dia membuka pintu kamarnya.

Pangeran Heechul menaikkan sebelah alisnya ketika mendapati Sepupu dan adiknya telah berdiri di balik pintu dengan senyum yang sedikit… mencurigakan? “Kalian? Mau apa?”

“Memangnya kau tidak punya cita-cita untuk mengundang kami masuk?” cibir Putri Hyun-Gi, yang tentu saja di sambut dengan dengusan pelan dari Pangeran Heechul.

“Masuklah.” ucapnya sedikit tidak rela?

“Well, aku punya berita bagus untukmu.” ujar Putri Hyun-Gi begitu masuk ke dalam kamar itu.

Pangeran Heechul menyipitkan matanya, “Apa?”

“Untuk masalah… ‘kesepakatan’ kita, sudah kuputuskan, kau… harus berjuang medapatkan hati Putri Park Riyoung.”

“Eh? Kenapa harus dengan yeoja itu?”

“Eittssss…”Putri Hyun-Gi dan Pangeran Taemin menyilangkan kedua lengan mereka. “Tidak ada kata protes untuk hal ini!” sergah yeoja itu dengan senyuman manisnya, “Satu lagi, karena kunjungan kita tidak lebih dari 2 bulan, maka… batas waktu yang ditetapkan tidak lebih dari… sebulan.”

“Mwo?”

“Kenapa? Kepercayaan dirimu luntur karena harus menghadapi sang putri es? Mau menyerah kalah?” cibir yeoja itu dengan senyum sinisnya.

“Jangan mimpi!”

“Bagus, aku suka dengan semangatmu.” Putri Hyun-Gi mengacungkan kedua ibu jarinya. “Ah… apa aku sudah mengatakan padamu apa konsekuensi jika kau gagal?” Pangeran Heechul terdiam sejenak, dahinya mengeryit. “Sepertinya belum?” yeoja itu mengedikkan bahunya acuh. “Well, tidak terlalu berat, kau hanya… harus mematuhi semua perintahku tanpa terkecuali.”

“K-kau… berusaha memanfaatkan situasi?”

“Tidak juga, aku hanya lupa memberitahumu saja.”

“Oke, tunggu saja kekalahanmu, Tuan Putri Shin Hyun-Gi.”

Tanpa sadar tangan yeoja itu telah terkepal kuat. “Taeminie, kita pergi.”

“Siap, Nonna.” seru Pangeran Taemin dengan suara riangnya.

Detik itu juga Pangeran Heechul memberikan tatapan tajam pada adiknya itu. “Penghianat!” desisnya tanpa suara.

“Semoga sukses dengan Putri Riyoung, dan kutunggu berita baik darimu.”

“Hyung, hwaiting!” Pangeran Taemin mengepalkan kedua tangannya, mencoba memberi dukungan, dan detik berikutnya… keduanya telah keluar dari kamar tersebut.

“Aish! Kurasa dia sudah gila! Yeoja dingin seperti itu di sodorkan padaku? sepertinya otaknya benar-benar mengalami masalah serius!” gerutu Pangeran Heechul, tanpa sadar dirinya telah berjalan hilir-mudik dengan raut wajah… dilema? Well, bagaimanapun juga saat ini posisinya cukup terjepit, seandainya bisa ia ingin sekali protes tapi apa daya gengsinya sebagai seorang Kim Heechul terlalu tinggi di tambah lagi dengan kenyataan bahwa saat ini semua yang dilakukannya sudah separuh jalan, terlalu tanggung untuk mengakhiri semuanya, dan membiarkan sepupunya itu menangis darah(?) karena terlalu senang telah menang darinya? Owh… nanti dulu! “Oke, relaks… Kim Heechul tidak mungkin kalah!” ujarnya meyakinkan diri sendiri.

 

============ < ®®® > ============

 

Pagi yang sangat indah, angin sepoi-sepoi yang menyapa -kulit luar- terasa cukup menyegarkan.

Pangeran Heechul memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar menikmati keindahan taman istana. Namun tiba-tiba… langkahnya terhenti, matanya memincing, saat melihat sesosok yeoja yang duduk di samping air mancur.

“Park Riyoung?” gumamnya pelan, memastikan bahwa penglihatannya tidak salah. Dengan langkah cepat namja itu menghampiri objek tersebut, bermaksud untuk… mencoba keberuntungannya? “Ternyata memang benar Putri Riyoung.” mendengar namanya disebut, Putri riyoung langsung mendongakkan kepalanya. “Hai… tidak kusangka bisa bertemu dengan kau di sini. Well, boleh aku ikut bergabung?”

Yeoja tersebut menaikkan sebelah alisnya. “Silahkan.” jawabnya dengan setengah hati.

“Kau… sudah lama berada di tempat ini?” tanya Pangeran Heechul ramah, mencoba untuk memulai topik pembicaraan.

“Lumayan.”

“Memangnya apa yang sedang kau lihat?”

Putri Riyoung menghela napas pelan, merasa tenganggu, “Tidak ada yang special.”

“Benarkah?”

“Iya.”

“Tapi… kenapa sepertinya kau cukup betah duduk di sini, Putri… Ri-ya…”

Putri Riyoung mengeryit, menatap namja di sampingnya itu dengan pandangan yang sulit untuk diartikan. “Ri-ya?” desisnya penuh tekanan.

“Itu nama kecilmu bukan? Kemarin aku sempat mendengar Putri Jihee memanggilmu dengan nama itu. So, boleh aku memanggilmu seperti itu?”

“Silahkan saja. Toh hanya orang-orang idiot yang memanggilku seperti itu.”

Doenggg…

 

Hari pertama -usaha pendekatan-

Berakhir dengan…

Zonggg…

 

============ < ®®® > ============

 

“Hai, Putri… Park Riyoung-ssi.” sapa Pangeran Heechul dengan senyum yang mengembang sempurna, saat keduanya berpapasan di koridor istana sebelah barat, di dekat ruang perpustakaan kerajaan tersebut.

Putri Riyoung melirik Pangeran Heechul sekilas, “Hai juga.” jawabnya acuh.

“Kau mau pergi ke perpustakaan?” tanya sang Pangeran saat melihat beberapa buku tebal yang dibawah oleh yeoja itu.

“Begitulah.”

“Boleh aku ikut? Aku juga ingin melihat beberapa literatur yang ada di perpustakaan kerajaan ini.”

“Boleh saja.”

“Buku apa itu yang kau bawa?”

“Crooked House, Brisingr, dan Harry Potter and the Deathly Hallows.”

“Eh? Kau percaya dengan sihir?”

“Fifty-fifty.”

“Bagaimana pandanganmu tentang dunia sihir?”

Putri Riyoung tersenyum lembut, untuk yang pertama kalinya -sejak Pangeran Heechul mengenal yeoja itu, seminggu yang lalu- dan hal itu sukses membuat namja tampan itu… terpana? “Bukankah dunia sihir itu sangat menakjubkan dengan segala macam jenis mantra dan misteri di dalamnya?”

“Sepertinya aku setuju dengan pendapatmu itu.”

“Oya, apa benar kau keturunan cenayang?”

“Eh? Siapa yang mengatakan itu?”

“Aku mendengar gosip di luar dari luar sana.”

“Cih! Mana ada yang seperti itu? Aku jadi penasara… bagaimana reaksi Hyun-Gi saat mendengar gosip murahan itu?”

“Tidak benar ya?”

“Tentu saja 100% tidak benar.”

“Ya… padahal akan lebih menarik jika kau bisa melakukan beberapa mantra sihir.”

Pangeran Heechul tersenyum kecut, mengalihkan pandangannya pada buku-buku di tangan Putri Riyoung. “Kau lebih suka cerita-cerita fantasy?”

“Eh? Oh… lumayan. Sebenarnya aku bisa melahap semua jenis -genre- dalam buku-buku yang memang menarik.”

“Kau benar-benar suka membaca ya?”

“Tidak juga, aku lebih suka makan.”

Jiiittt…

 

Usaha pendekatan -untuk yang kedua kalinya-

Beakhir dengan…

Cukup menarik -meski tidak sepenuhnya memuskan-

Setidaknya Putri Riyoung sudah mulai bisa membuka dirinya.

 

============ < ®®® > ============

 

2 Minggu kemudian…

 

Kedekatan Pangeran Heechul dan Putri Riyoung mulai menjadi pembicaraan semua orang bahkan ada yang menduga bahwa keduanya telah menjalin suatu hubungan special. Bagaimanapun juga fakta bahwa Putra Mahkota kerajaan Calla -yang cukup tampan- masih nyaman dengan status singelnya membuat beberapa pihak mendukung hubungannya dengan sang putri es -yang akhir-akhit ini mulai mencair-.

 

“Ri-young-ah…” panggil Putri Jihee sedikit centil. “Aku sudah mendengarnya.”

“Apa?”

“Hubunganmu dengan Pangeran Heechul.”

“Apa maksudmu?”

“Kau… punya hubungan ‘khusus’ dengannya bukan?”

“Bukan! Mana ada hal seperti itu!”

“Ah… yang benar? Aku bisa melihat sembura merah di wajahmu lho… ayo mengaku saja! Jangan malu-malu aku ini kan eonniemu sendiri.”

Putri Riyoung memutar bola matanya malas, “Kau ingin kujatuhkan ke jurang atau lebih memilih terjun sendiri dengan suka rela?”

“Oke-oke, tidak ada hubungan apapun diantara kalian.” sergah Putri Jihee cepat, saat merasakan aura gelap serta hawa dingin yang mulai menyelimuti tubuh Dongsaengnya itu.

“Itu baru benar!”

“Tapi… apa kau tidak memiliki perasaan apapun padanya?”

“Jangan memulai lagi.”

“Ri-ya, aku hanya mencoba membantumu untuk membuka pikiran.” Putri Jihee diam sejenak, menilai raut wajah Putri Riyoung. “Tidak ada salahnya memberikan sebuah kesempatan pada seseorang untuk memasuki hatimu, toh kau sudah mengenalnya, dan kurasa… kalian berdua cocok satu sama lain.” Putri Jihee menepuk pundak Dongsaengnya dnegan lembut.

“Ji, aku tidak yakin.”

“Aku tidak memaksamu, setidaknya… kau bisa mempertimbangkan perkataanku barusan.”

 

============ < ®®® > ============

 

Beberapa Hari Kemudian…

 

Pangeran Heecul terlihat gelisah, berjalan hilir-mudik di dalam kamar Hyun-Gi.

“Hyung, kau membuatku pusing.”

“Bagaimana ini?Aish! Apa yang harus kulakukan?” gumannya tidak jelas, tanpa menghiraukan kata-kata protes yang dilontarkan oleh Pangeran Taemin. “Arggghhh…” teriaknya yang sukses membuat Putri Hyun-Gi dan Pangeran Taemin terlonjak dari duduknya.

“Hya! Kau mau membuat kami mendapatkan serangan jantung?” tukas Purtri Hyun-Gi tajam.

Dengan wajah frustasi bercampur dilema tingkat tinggi(?) Pangeran Heechul merebahkan tubuhnya di samping Taemin. “Aku tidka tahu lagi harus bagaimana?”

“Hyung, sebenarnya apa masalahmu? Kau bisa menceritakannya pada kami, ya… siapa tahu kami bisa membantumu.”

“Masalahku? Semua pusat masalahku adalah… dia.” Pangeran Heechul menunjuk Putri Hyun-Gi.

“Kenapa aku?” tanya Putri Hyun-Gi super santai.

“Tentu saja semua ini karena… kesepekatan konyol yang kau buat!”

“Eitsss… tunggu dulu! Harus kau ralat, itu kesepakatan yang kita buat atas persetujuanmu.” Putri Hyun-Gi tersenyum manis.

“Terserah!”

“Lalu, sekarang apa yang membuatmu jadi seperti ini?” tanya Pangeran Taemin dengan wajah polos.

Pangeran Heechul mendesah berat. “A-aku…” Putri Hyun-Gi dan Pangeran Taemin mencondongkan tubuh mereka. “Hya! Jangan dekat-dekat!”

Pletakkk…

Dengan cepat Putri Hyun-Gi melayangkan sebuah pukulan tepat di kepala Pangeran Heechul, “Berisik! Cepat katakan apa yang sebenarnya terjadi padamu!” desisinya sambil mendelik kesal.

“Aku hanya… sepertinya aku… benar-benar menyukai Riyoung.”

“Benarkah?” pekik Putri Hyun-Gi dan Pangeran Taemin secara bersamaan, tidak bisa menutupi binar -binar ceria di wajah mereka.

Pangeran Heechul mengagguk pelan. “Tapi… kenapa aku merasa… ada sesuatu yang salah?”

“Maksudmu?” Putri Hyun-Gi mengeryit bingung.

“Aku merasa… perasaanku ini di awali dengan sebuah itikad buruk. Entahlah… sepertinya aku telah menipu semua orang bahkan… diriku sendiri?”

Plukkk…

Putri Hyun-Gi menepuk pundak Pangeran Heechul. “Tidak ada yang salah dengan perasaanmu, meskipun dari awal tidak ada kesepakatan diantara kita kurasa… bisa saja kau jatuh cinta pada Putri Riyoung, dan jujur… aku bangga pada dirimu, kau sudah benar-benar dewasa.”

“Hei-hei… aku ini lebih tua darimu, Shin Hyun-Gi-ssi.”

“Ne, kau benar ‘Oppa’…”

“Cih!” Pangeran Heechul berdecak kesal. “Lalu apa yang harus kulakukan?”

“Tentu saja harus menyatakan perasaan Hyung padanya.”

Pangeran Heechul diam sejenak. “Kau benar.” ujarnya seraya mengacak-acak rambut Pangeran Taemin dengan gemas. “Terima Kasih atas sarannya.”

 

Drap… Drap… Drap…

Suara langkah kaki -atau lebih tepatnya suara orang yang sedang berlari- terdengar di sepanjang koridor istana bagian barat.

Brakkk…

Pintu perpustakaan terbuka dengan cukup keras, dan Pangeran Heechul langsung menjulurkan kepalanya, menyapukan pandangannya ke setiap sudut ruangan.

“Tidak ada.” gumamnya pelan. “Ah… taman.” pekiknya tertahan, dan secepat kilat tubuhnya kembali berlari, menuju tempat yang dimaksud.

 

“Akhirnya aku menemukanmu.”

Putri Riyoung mendongak, “Kau mencariku?”

“Tentu saja aku mencarimu, memanganya mau mencari siapa lagi? Pangeran Jungsoo?”

Putri Riyoung terkekeh pelan. “Kenapa bawa-bawa nama Samchon-ku?”

“Karena… aish! Bukan waktunya membahas itu!” dengan cepat Pangeran Heechul menarik tangan Putri Riyoung kemudian membimbingnya menuju air mancur.

“Sebenarnya kau mau apa?”

“Aku mau…” Pangeran Heechul menggantungkan kata-katanya, memejamkan matanya sejenak, kemudian meraih kedua tangan Putri Riyoung. “Apa kau ingat? Di tempat inilah, untuk pertama kalinya… kita saling berbicara dan mulai mengakrabkan diri.” Pangeran Heechul menarik napas dalam-dalam. “Dan di tempat ini pula aku ingin mengatakan sesuatu padamu.” Putri Riyoung memiringkan kepalanya, sedikit bingung tapi lebih memilih untuk mendengarkan apa yang hendak dikatakan oleh namja dihadapannya itu. “Sebenarnya… aku… suka padamu.” yeoja itu langsung membelalakkan matanya, “Aku benar-benar suka padamu, Park Riyoung. Berada di dekatmu membuatku merasakan suatu perasaan… cinta.”

“Aku…”

“Aku tidak butuh jawaban darimu, tapi… tolong pertimbangkan peryataanku.”

“Apa benar kau tidak membutuhkan jawaban dariku?”

Pangeran Heecul menggaruk-garuk rambutnya, sedikit merasa canggung. “Sebenarnya… aku ingin cepat-cepat mengetahui jawabannya.”

Puti Riyoung tersenyum lembut. “Jujur, aku… juga menyukaimu.”

“Benarkah? Kau juga menyukaiku?” tanya Pangeran Heechul, mencoba untuk memastikan pendengarannya, dan Putri Riyoung hanya mengangguk, sedikit malu-malu. “Trima kasih.” pekik Pangeran Heechul, memeluk Putri Riyoung dengan erat, meluapkan segala bentuk kegembiraannya.

“Ehmmm… boleh aku berkata jujur?” Putri Riyoung mengangguk mantap, senyuman manis masih setia tersungging di kedua susut bibirnya. “Sebenarnya… aku adalah penyihir dengan segala macam mantra-mantra sihir di dalamnya.”

“Mwo?” Putri Riyoung membelalakkan matanya lebar, “Hebat…” pekiknya dengan penuh semangat.

“Boleh aku berkata jujur lagi?”

“Tentu, katakan saja.”

“Sebenarnya… aku… ehmmm… awalnya… aku mendekatimu karena kesepakatan yang kubuat dengan Hyun-Gi, tapi…” Pangeran Heechul menelan ludahnya dengan susah payah saat melihat aura hitam yang mengelilingi tubuh Putri Riyoung. “Tapi… sejak mengenal dirimu dengan lebih dekat, aku… benar-benar… jatuh cinta padamu.” namja itu sedikit begidik saat merasakan udara dingin di sekitarnya. “Kau jangan salah paham aku benar-benar menyukaimu dengan tulus. Aku mengatakan semua ini karean… tidak ingin ada rahasia di antara hubungan kita.”

“Kesepakatan seperti apa yang kau buat dengan Putri Hyun-Gi?” desis Putri Riyoung.

“Itu…”

“Apa?”

“Membuatmu… jatuh cinta padaku.”

Putri Riyoung mengepalkan tangannya kuat-kuat. “KIM HEECHUL!!” teriaknya diiringi dengan suara petir yang menyambar.

“Tidak-tidak yang benar… kita harus saling jatuh cinta… itulah isi kesepakatan kami.”

“Kau pikir aku peduli? Asal kau tahu satu-satunya hal yang kupedulikan adalah… menghajarmu!”

“Park Riyoung…”

“Tidak ada rahasia diantara hubungan kita bukan? Haruskah kukatakan bahwa aku adalah orang yang memiliki bakat alami untuk mengendalikan angin dan menciptakan petir.” Putri Riyoung menyunggingkan senyum liciknya.

“A-apa yang mau kau lakukan?” rasa kagum karena kenyataan hebat itu langsung tergantikan dengan rasa terintimidasi yang sangat kuat.

“Tentu saja… memberi hukuman untuk ‘anak nakal’.”

“Park Riyoung… jangan…”

 

“Jadi… bukan hanya kami yang memiliki rahasia?” celetuk Putri Hyun-Gi yang berdiri di balkon istana -lantai 3- untuk menonton semua gerak-gerik dua orang yang sedang dalam masa-masa ‘kasmaran’ bersama Pangeran Jungsoo.

Pangeran Jungsoo mengedikkan bahunya acuh. “Begitulah.”

“Arggghhh…” terikan super memekakan telinga -karena shock dengan kenyataan tubuhnya tengah terhempas kuat oleh angin ciptaan Putri Riyoung- yang diiringi dengan suara debuman keras -berasal dari suara benturan tubuh Pangeran Heechul dengan sebuah pohon besar- membuat keduanya kembali fokus melihat tontonan gratis di depan mereka.

“Bodoh!”

Mendengar gumaman singkat itu sontak Pangeran Jungsoo dan Putri Hyun-Gi menolehkan kepalanya ke arah belakang, dan betapa terkejutnya mereka saat mendapati sosok Putri Jihee telah duduk manis di sebuah kursi -tidak jauh dari mereka- sambil melahap sebungkus keripik kentang yang ada di tangannya.

“Untung aku bisa terbebas dari perjodohan konyol dengan namja konyol itu.” gumam Putri Jihee pelan, dan hal itu sontak membuat Pangeran Jungsoo mengeryit.

“Park Jihee, barusan kau bicara sesuatu?”

“Eh? Memangnya aku bicara apa?” tanya Putri Jihee dengan sedikit cangung.

Pangeran Jungsoo menyipitkan matanya, “Kenapa sikapmu mendadak jadi aneh? Sebenarnya apa yang aku sembunyikan dariku?”

“Tidak ada.”

“Benarkah? Kalau begitu… coba ulangi lagi perkataanmu tadi.”

“Aish! Samchon terlalu curiga, kurasa… karena faktor usia pendengaran Samchon mulai bermasalah.”

“Mwoya?”

“Buahaha… Bye…” dengan cepat Putri Jihee berlari meninggalkan Pangeran Jungsoo yang telah mengambil ancang-ancang untuk melempari keponakannya itu dengan sepatu milik Putri Hyun-Gi.

“Hya! Kembalikan sepatuku! Atau… kusihir kau jadi waria buruk rupa!” tukas Hyun-Gi super sinis.

“Mwo?”

 

==== < ®®® > ====

 

Cinta…

Sebuah kata yang mampu merubah segalanya? Maybe…

Well, bagaimapun juga…

Saat kata cinta mulai menghampiri tidak ada seorangpun yang mampu merubahnya, dan saat kata cinta mulai bersemayam di dalam lubuk hati yang paling dalam tanpa sadar seseorang akan mulai berubah menuju ke arah yang… lebih baik?

Ya, mungkin… itulah yang dinamakan dengan kekuatan cinta, ajaib bukan?

 

–The End–

 

Huehehehe…

I’am comeback with short story… (9*,*)9

Rasanya udah lama gak bikin Comedy-Fantasy, so mian klo hasilnya rada2 garing kayak ikan asin yang setahun di jemur di bawah sinar leser(?) *Nah lho?*

Well, this is special for you… Riyoung-ah~

~Happy Birth Day~

~Wish You All The Best~

Ehmm… Semoga ini bener2 jadi kado yang guedeee buatmu *Senyum paling manis*

Oh ya… Inget perjanjian kita, Kagak Boleh Protes! Buahahaha… *Evil laugh*

Tapi, karena hari ini ultahmu tak kasih kesempatan buat bantai Chul(?) dah… fufufu~

 

Note :
(¹) Awalnya mau buat plesetan dari ‘Negeri Antabrata’ tapi malah nemu nama yang cukup yahud hehehe…, Amaranta berasal dari bahasa Latin, artinya bunga yang tak pernah layu.

(²) Calla merupakan salah satu jenis dari bunga lily yang artinya kecantikan yang indah.

(³) Cloris berasal dari bahasa Yunani, artinya dewi bunga.

Tinggalkan komentar