«» {Freelance} God Warrior ® Part.6 «»

Author : Chan-Chan aka Uenchan Na Ndutz

Main Cast : Lee Jihee

                     Jung Yunho

                     Lee Donghae

Support Cast : Hwang Ritae ~ Park Riyoung ~ Shin Hyungi ~ Hwang Seulra

                       Cho Kyuhyun ~ Kim Heechul ~ Kim Jaejoong

Genre : Mistery-Action-Romance / Straight

Rated : PG-15

Length : Chaptered

=========================

 

“Tuh…” Key mengacungkan jarinya ke arah Seulra. Minwoo mendengus kesal menahan sakitnya, begitupula dengan Key yang menatap dengan pandangan membunuh ke Seulra, yang membuat targetnya hilang begitu saja.

Sedangkan Seulra?

Ia masih berdiri memperhatikan orang yang terjatuh akibat perbuatannya dengan wajah innocent.

“Donghyun, apa yang kau lakukan? Berbaring di lantai seperti itu nanti kau masuk angin, cepat bangun… kita pulang.” Seulra melenggang pergi meninggalkan orang yang marah akibatnya.

“MWOOO!!!” teriakkan hampir serentak dari orang-orang yang terjatuh.

“Nonna…” teriak Donghyun, berusaha bangkit.

“HEI AGASSI! Apa yang kau katakan? Pergi begitu saja setelah membuat kami jatuh memalukan seperti itu?” seorang pria paruh baya bangkit dari jatuhnya.

Seulra berhenti. “Aku… aku tak melakukan apapun.” jawabnya polos.

“Mwo? Cih! ya… lihat apa yang kau kalukan pada kami… dan padaku.” si ahjushi menunjukkan pakaiannya yang basah dan wajahnya yang kotor tersiram air sisa gelas yang jatuh dari pelayan.

“Bukan urusanku.” jawab Seulra santai.

“Hah… mati aku.” batin Donghyun. “Tuan, maafkan nonnaku, dia agak… sedikit mabuk, jadi kuharap kau memakluminya.” bujuk Donghyun, manahan tubuh ahjushi yang hendak menggapai Seulra.

“Mabuk? Cih!” ahjushi itu melirik anak buahnya, memberi isyarat untuk menangkap Seulra. Seorang anak buahnya pun berjalan menangkap tangan Seulra, tapi dengan cepat Seulra membanting tubuh si namja, melihat itu beberapa anak buah ahjushi itupun menyerang Seulra dan bernasib sama.

Donghyun terpaku melihat keberingasan nonna manisnya. “Kali ini benar-benar mati aku.”

Key dan Minwoo pun ikut bergabung, rencananya mau melerai tapi ujung-ujungnya mereka jadi ikut berkelahi dengan anak buah si ahjushi. Kekacauak tak bisa terbendung lagi, gelas dan botol bir bertebaran di lantai, pecah. Suasana pub seketika menjadi ricuh, suara teriakan para yeoja menjadi menu utama saat ini.

“YA… apa yang kalian lakuakan pada tempatku?” teriak pemilik pub yang datang dengan beberapa bodyguardnya.

Donghyun dengan cepat menarik Seulra dari arena pertarungan dan kabur dengan secepat kilat.

“Hyung… cukup…” Minwoo menarik tangan Key yang masih antusias meninju anak buah si ahjushi, dan lari keluar dari pub.

Sekarang hanya tinggal ahjushi dan anak buahnya yang siap mendapat hukuman dari pemilik pub.

 

* Hahaha… itu hanya selingan kecil (Senyum gaje)*

Ok, kita biarkan cameo kita mendapat hukuman, sekarang kita beralih ke Jihee. *Masang teropong nyari Jihee*

 

* Jihee POV *

 

“Hah… kurasa misiku kali ini tambah berat.” lirihku, memasuki apartment no 118. ya, apartmentku. Untung hari ini aku tak bertemu dengan Yunho, kalau iya, eughhh…mau kuletakkan di mana wajahku? “Arghhh… babo, kenapa aku bicara seperti itu padanya?”

Klikkk…

Tanganku menggapai saklar lampu dan menghidupkannya.

Kuletakkan berkas-berkas yang kubawa ke atas meja kerja di kamarku.

Brughhh…

Kurebahkan tubuhku di atas kasur empuk milikku. Lelah… itulah yang dirasakan tubuhku saat ini, matakupun tak mau menunggu untuk terpejam. Hari ini, ahni… dari semalam aku tak tidur dan mungkin ini sudah batasnya.

Tapi baru sebentar mataku terpejam, suara I-pad merah milikku sudah bernyanyi, kembali menyadarkaku. “Ish… tak bisakah aku istirahat sebenatar?” gerutuku, mengambil I-pad di atas meja. Tertera nama Yunho, sedikit berfikir dan akhirnya kuangkat juga teleponnya. “Yoboseyo.”

“Jihee-ssi, eodiga?”

“Aku? Aku di rumah, waeyo?”

“Kenapa kau tak menemuiku? Aku menunggu janjimu.”

“Ah… benarkah?” aku menelan ludah. “Aku sudah mencarimu di ruanganmu tapi kau tak ada, lagipula bukankah kita akan bekerja sama, jadi… kita pasti bertemu setiap hari kan?” elakku.

Senyap…

Yunho terdiam sebentar, sebelum ia melanjutakan kata-katanya. “Ya… kerjasama itu.” aku diam mendengar kata-kata singkatnya. “Besok kau harus datang ke ruang rapat, aku akan memulai pembentukan tim khusus, God Warrior.”

“Besok?”

“Lanjutkan istirahatmu, kau perlu banyak tenaga besok, jaljayo.” tutupnya.aku masih bengong dengan perkataannya, God Warrior?

Hah… kuhempaskan kembali tubuhku di kasur, kali ini mataku benar-benar terasa berat, sampai-sampai aku tak berdaya untuk mengganti pakaianku lagi.

 

Rasanya baru 15 menit mataku terpejam tiba-tiba suara I-padku terdengar lagi. Dengan kesal kuangkat I-padku tanpa melihat siapa yang menelepon dan mataku masih kupejamkan.

“Euhmmm…” sambutku, tak ada suara.

Selang beberapa menit. “Yoboseyo… Jihee-ssi, apa kau tidur?”

“Euhmmm…” jawabku lelap.

“Ah… mian aku mengganggu tidurmu, istirahatlah.”

“Euhmmm… nuguseyo?”

“Aku Dongahe, kita bicara besok saja, jaljayo.”

“Euhmmm…”

Tut… Tut… Tut…

Dia mematikan sambungannya.

Masih dalam keadaan setengah sadar aku menggumam “Donghae…”

………

“Mwo? Donghae?”

 

* Author POV *

 

Jihee langsung duduk, menatap I-pad merahnya yang sudah mati. Matanya terbelalak, menyesal.

“Omo… baboya…” ia mengetuk kepalanya sendiri. “Lee Jihee, kau sungguh-sungguh babo! Kenapa kau menjawab seperti itu? Arghhh… jinjja…” kesalnya. Kembali ia membanting tubuhnya ke ranjang, sekali lagi mencoba memejamkan matanya, tapi percuma matanya tak bisa terpejam dan akhirnya ia memutuskan untuk membersihkan dirinya.

 

Di Apartment Seberang…

 

Donghae tampak tersenyum kecil, setelah menutup Hpnya. “Sudah tidur rupanya.” gumamnya.

Ting…

Pintu lift terbuka, Donghae keluar dari lift menuju apartmentnya yang berada di lantai 8.

seperti biasa Badda selalu menyambutnya, walaupun waktu sudah menunjukkan pukul 12 lewat.

Setelah membalas sambutan Badda, ia masuk ke akamarnya, melepas jas dan segala atribut yang dikenakannya. Ia sengaja membuka tirai kamarnya. “Ehmmm… apa tidak tidur?” ucapnya ketika melihat sinar lampu yang terpantul dari kamar Jihee.

Sedetik, siluet tubuh Jihee terlihat jelas dari kamarnya. Donghae menghentikan aktifitasnya sejenak, matanay fokus pada sosok Jihee yang tersamarkan oleh tirai putih di kamar yeoja itu.

 

Kamar Jihee…

Jihee mulai membuka kancing kemejanya, melepaskan satu-persatu pakaian yang di kenakannya, membalut tubuhnya dengan handuk putih dan bergegas menuju kamar mandi. Dan itu menjadi suatu tontonan menarik bagi Donghae di seberang sana.

 

Sebuah senyuman tersungging di bibir Donghae, tak lama ia menutup tirai kamarnya, dan mengikuti jejak Jihee untuk membersihkan dirinya.

Selesai mandi, tak seperti Jihee yang bersiap untuk tidur, tapi Donghae malah mengambil pakaian santainya, mengambil mantel dan keluar dari apartmentnya.

Kemana ia pergi? Tak ada yang tahu, kecuali Tuhan dan Author… *Hehehe… #Plakkk… digeplak readers*

 

Keesokan Paginya…

 

Jihee terbangun dari mimpi indahnya, ya, bisa dibilang begitu.

Seperti biasanya ia bersiap untuk pergi berolah raga ringan untuk emnyehatkan tubuhnya dan yang utama adalah untuk melihat Donghae. Hihihi…

ia berlari kecil mengelilingi taman, matanya sesekali melirik ke sekitar, mencoba mencari sosok namja dengan seekor anjing yang selalu di bawanya kemari, tapi sepertinya Donghae tak ada hari ini.

“Aneh, biasanya ia tak pernah absen, kenapa hari ini tak ada?” Jihee membuat pertanyaannya sendiri.

 

========

 

Yunho berjalan memasuki cafetaria. Ia berjalan mendekati Jaejoong yang duduk dengan secangkir coffe lattenya.

Srettt…

Yunho menarik kursi dan duduk berseberangan dengan Jaejoong.

“Kau datang?” Jaejoong meletakkan cangkir coffenya.

Yunho diam sejenak, tak lama ia mulai bicara. “Apa kau yakin dengan ini , pak?”

“Apa wajahku tampak sedang bercanda?” gurau Jaejoong, “Aku tahu kau keberatan dengan ini, aku seenaknya merubah tim yang sudah kau rencanakan. Tapi itu harus kulakukan, sebelum terlambat. Lagipula pada akhirnya tim kalian juga akan bekerjasama.”

Yunho kembali diam, menahan amarahnya. Ya, siapa yang tidak marah, kalau tim yang sudak kau pilih tiba-tiba di ganti seenaknya tanpa sempat mengumumkan tim itu sebelumnya, lebih jelasnya tim yang belum sempat di bentuk. Walaupun pada akhirnya orang yang Yunho pilih itupun masuk ke dalam tim, tapi bukan itu alasannya, Lee Donghae, itulah yang menjadi alasannya menolak keputusan Jaejoong.”Pak, anda tahu benar aku menolak kerjasama ini, disamping ketua Leeadalah orang baru, selain itu…” Yunho menyipitkan matanya, “Aku belum sepenuhnya percaya padanya. Ini kasus besar, dan kupikir tak sembarang orang bisa dipercaya untuk menangani kasus ini.”

“Apa orang pilihanmu dapat sepenuhnya dipercaya?” potong Jaejoong,

Yunho kembali terdiam, dalam benaknya terkumpul beberapa argumen tentang keputusan Jaejoong yang terkesan mendadak ini.

“Hahhh… tapi setidaknya, bisakah aku minta alasan anda untuk membentuk tim ini, pak.” Yunho membuat suaranya setenang mungkin, bagaimanapun Jaejoong adalah atasannya, dan ia berkuasa penuh atas jalannya semua misi.

Jaejoong tersenyum, “Tak ada alasan khusus, hanya saja… tim Oracle -Nama Tim Devisi I- dan tim Venus -Nama Tim Devisi III- jika di gabung bukankah itu akan menjadi tim yang kuat.” Jaejoong kembali menyeruput coffe lattenya. “Aku yakin kau bisa bekerja sama dengan ketua Lee. God Warrior, bukankah itu terdengar hebat? Iblis Oracle dan dewi cinta Venus bergabung menjadi pejuang Tuhan untuk mengalahkan Hades, raja dari segala raja iblis.” Jaejoong tersenyum misterius, mengakhiri penjelasannya yang menurut Yunho terlalu berlebihan. “Untuk menangkap ikan besar setidaknya kau harus menyiapkan umpan yang istimewa bukan?” Jaejoong mengakhiri perdebatannya dengan Yunho.

 

========

 

 Ckelekkk…

Jihee memasuki ruang rapat dan seperti yang sudah diatur oleh Jaejoong, Jihee menemukan lengkap tim intinya dan tim inti Yunho sudah duduk di tempatnya masing-masing. Donghae tersenyum padanya ketika ia melewati Donghae dan duduk di sebelahnya.

“Jihee-ah… apa kau tahu sesuatu? Kenapa kita dikumpulkan di sini?” tanya Riyoung gelisah. “Apa terjadi sesuatu?” sambungnya. Jihee menggelang pelan, iapun sedikit bingung dengan semua ini.

Tak lama, akhirnya Yunhopun datang, ia duduk di kursi kepala. Sedetik pandangannya memperhatikan tiap orang di dalam ruangan, sebelum akhirnya ia memulai rapat.

“Aku yakin kalian semua pasti terkejut, kecuali beberapa orang di sini.” Yunho menatap Jihee dan Donghae. “Aku takkan berlama-lama, maksudku mengumpulkan kalian adalah untuk kerjasama kedua tim. Mungkin kalian sudah tahu, baiklah… aku langsung saja.”

Klikkk…

Yunho mematikan lampu dan menghidupkan layar proyektor. *Mang gitu ya? Plakkk… hahaha… mian law ceritanya ngawur :)* Yunho mulai menjelaskan tentang misi mereka, memberikan semua infirmasi tentang lawan mereka kali ini, Hades.

Klikkk…

Yunho kembali mengganti layar proyektornya. Terpampang foto seorang narapidana.

“Kim Youngwoon, pelaku pembunuhan beberapa pejabat, beberapa tahun lalu, yang berhasil di tangkap oleh mendiang Lee Sungmin.” Yunho menatap wajah Jihee sekilas, raut wajah Jihee sedikit berubah saat mendengar nama Sungmin disebut. “3 hari lagi dia akan dipindahkan ke tahanan terlarang. Aku ingin beberapa dari kalian mengantar kepindahannya, mengawasi tepatnya. Aku yakin mereka akan datang untuk membebaskan salah satu dari keempat pimpinan mereka.”

“Aku yang akan mengantarnya.” untuk pertama kalinya Donghae membuka suara, Yunho tak berpendapat.

“Jihee-ssi, aku ingin kau ikut dalam misi ini.” Yunho mengajukan Jihee dan dibalas dengan anggukan. “Dan…”

“Aku juga ikut.” ucapan Yunho terpotong dengan kedatangan seorang yeoja di ruang rapat.

Mata Yunho menyipit, ia tak mengenali yeoja itu, sedangkan Jihee dan Minwoo…

“KAU?” teriak mereka hampir bersamaan, Key hanya menatap tajam ke arah si yeoja. Si yeoja membalas dengan senyum di bibir.

“Annyeonghaseyo… mungkin aku sedikit tak sopan dengan datang terlambat dan sedikit mengacau, mungkin.” si yeoja merapikan penampilannya menjadi sedikit serius. “Hwang Seulra imnida, pindahan dari badan inteligen rahasia di paris, dan mulai hari ini aku akan bergabung dengan tim ini.mohon kerjasamanya.” Seulra menunduk sejenak.

 

“Duduklah.” ucap Yunho menunjukkan kursi. “Apa ini orang yang direkomendasikan wakil Kim? Yang benar saja! Anak-anak.” ya, itulah kesan pertama yang ditangkap Yunho mengenai Seulra.

========

 

* Jihee POV *

 

“Jihee-ssi.” langkahku terhenti ketika mendengar suara yang sangat familiar di telingaku, kutolehkan kepalaku dan…

“Donghae-ssi, waeyo?” tanyaku setenang mungkin.

“Ah… ahni, tidurmu nyenyak semalam?” sontak wajahku terasa panas mendengar pertanyaannya, aku hanya mengangguk kecil menjawabnya. Sekilas kulihat senyum lembut di bibirnya.

“Donghae-ssi, kenapa kau memanggilku?” tanyaku cepat.

“Panggil aku Donghae, aku jadi terdengar tua dengan embel-embel ssi.” dan lagi-lagi itu membuat jantungku berdegup kencang, apa ini artinya?

“Baiklah, kenapa anda memanggilku, Dong… hae…?” gagapku, ia tersenyum.

“Ahni, ada sesuatu yang ingin kutunjukkan padamu.” wajahnya terlihat serius. “Semalam aku sudah meneleponmu, tapi sepertinya kau terdengar sangat kelelahan.”

“Ah… itu… Kheurae…” jawabku singkat. “Apa yang ingin kau tunjukkan?”

“Ikutlah denganku, aku menemukan sesuatu di rumah kontrakan Jonghyun.” mataku menyipit ketika mendengar nama Jonghyun.

“Aku ikut!” tiba-tiba suara berat -yang kutahu pati siapa pemiliknya itu- mencuri perhatian kami. Ya, Jung Yunho. “Kurasa aku juga perlu mengetahui apa yang kau temukan, karena ini juga termasuk misi kami, bukankah sekarang kita bekerjasama?” Yunho menatap sinis ke arah Donghae. Omo… aku merasakan aura yang tak menyenangkan di sini.

“Kheurae, kurasa kau juga perlu tahu tentang ini, tapi kuingatkan satu hal, kita memang bekerjasama tapi aku akan tetap melakukannya dengan caraku sendiri dan aku tetap menjadi pimpinan di tim Venus.” Donghae menyunggingkan senyum sinisnya dan itu berhasil membuat Yunho menggertakkan gigi putihnya.“Bailkah, aku juga punya caraku sendiri.”

Omo… eotteohke? Bukankah ini tak baik?

“Baiklah tuan-tuan, bukankah sebaiknya kita pergi, sekarang?” aku menengahi argumen mereka.

 

* Author POV *

 

Akhirnya Jihee, Yunho dan Donghae pun bergegas meninggalkan kantor, menuju kediaman Jonghyun.

Tapi, sebelum itu…

“Ini terlihat aneh.” Riyoung merasakan aura yang aneh dari ketiganya. Ia berdiri menatap kepergian YunJiHae.

“Apa akanterjadi persaingan cinta? Kalau benar aku mendukung Yunho hyung.” sambung Minwoo, yang berada di sebelah Riyoung.

“Jangan mencampuri urusan orang.” Key ikut bergabung.

“Tapi melihat persaingan cinta, bukankah itu menegangkan?”

Srettt…

Sejurus semua mata langsung menatap Taecyon yang entah sejak kapan sudah bergabung dengan mereka.

“Wae? Kenapa kalian menatapku seperti itu?” tanyanya aneh.

“Kupikir kau tak pernah mengenal kata cinta.” Riyoung memincingkan matanya, menatap Taecyon.

“Kalau yang mengetakannya tadi Ryeowook hyun, mungkin kau setuju.” sambung Minwoo.

“Kenapa jadi bawa-bawa aku sih?” celetuk Ryeowook yang berjalan duluan meninggalkan mereka yang masih berdiri di depan pintu ruang rapat.

Wajah Taecyon berubah kesal dan akhirnya mengikuti Ryeowook di belakang teman satu timnya itu.

“Aku duluan, kalian terlalu berfikir yang aneh-aneh, ayo Yonghwa.” Key dan Yonghwa beranjak meninggalkan Riyoung dan Minwoo.

“Uwahh… kalian terlihat akrab ya…” celetuk Seulra yang baru keluar dari ruang rapat. Riyoung dan Minwoo spontan menatapnya.

“Agassi, apa kau mengingatku?” wajah Minwoo terlihat marah.

“Ne?” bingung Seulra, ia merasa tak pernah mengenal Minwoo.

“Kita bertemu di GnD Night Club tadi malam, dan kau meninggalkan tanda ini di lenganku.” Minwoo menunjukkan segores luka di lengan kirinya.

“Omo… benarkah? Mian, aku tak tahu.” senyum Seulra polos, dan itu berhasil membuat Minwoo naik darah.

Hahaha….

Kita beralih ke YunJiHae *Nguber-nguber kru, pindah lokasi*

 

@ Rumah Jonghyun…

 

Jihee menasuki ruang tamu, suasana masih terlihat saman seperti saat terakhir ia ke tempat itu, hanya saja sedikit lebih rapi, mungkin karena si pemilik rumah yang membersihkannya. Walaupun rumah ini sudah kosong, tapi tetap tak ada orang yang mau mengontraknya mengingat kematian Jonghyun yang mendadak, seminggu yang lalu. Orang-orang mungkin berfikir arwah Jonghyun masih gentayangan di sana. Hihihi… *Author begidik, Meluk Hae(?)*

“Semalam aku kembali kemari untuk memastikannya.” Donghae embuka pintu kamar Jonghyun.

“Apa maksudmu?” tanya Yunho, mengedarkan pandangannya.

Jihee mendekati Donghae yang menyeret lemari ke sudut dinding. “Apa yang kau lakukan?”

Tak memerlukan banyak tenaga akhirnya lemari itupun bergeser. Yunho beralih mendekati Jihee. Donghae mengetuk-ngetuk dinding yang tertutup lemari tadi, ia mengetuk beberapa sisi dan akhirnya terdengar suara ngaungan dari balik dinding, seperti ada ruang di dalamnya. Donghae mengembil balok kayu dan menghantam dinding yang di targetkan.

“Ya… apa yang kau lakukan? Apa kau sudah meminta izin pada pemilik rumah?” panik Jihee.

“Tenanglah, ia takkan tahu.” jawab Donghae yang masih menghantam dinding dengan kayu. Yunho hanya diam, memperhatikan Donghae.

Brakkk…

Akhirnya pukulan terakhir Hae membobol dinding semen itu, tak perlu waktu lama karena dinding itu masih terlihat baru.

“Ige mwoya?” kejut Jihee ketika melihat setumpuk heroin di dalam sana dan sebuah kaset rekaman.

Donghae mengeluarkan sebungkus heroin itu, mungkin beratnya sekitar 350 gram. Yunho mengambil kaset rekaman di sampingnya, tapi belum sempat Yunho memutar suaranya, tiba-tiba…

Shootttt…

Seseorang menembak kaset rekaman itu -dengan pistol kedap suara- dari balik pintu, membuat kaset itu terlepas dari tanagn Yunho. Donghae dan Jihee spontan bersiaga dengan mengeluarkan senjata mereka.

“Yunho-ssi, gwenchana?” Jihee di posisi melindungi, Yunho di belakangnya.

“Gwenchana.” jawab Yunho, mengambil kaset yang sudah lolong terkana peluru, memasukkannya ke dalam saku jasnya. Donghae berjalan pelan dengan mengacungkan senjatanya ke depan pintu. Senyap, tak ada pergerakan samapi satu tembakan lagi dari orang di balik pintu membuat Donghae melepaskan tembakannya.

Dorrrr…

Donghae berlari mengejar si penembak yang lari duluan, keluar dari rumah. Yunho bergegas menelepon Taecyon untuk segera datang ke lokasi, mengambil heroin yang mereka temukan. Sedangkan Jihee, dia mengikuti Donghae dari belakang.

 

========

 

Seorang yeoja berlari keluar dari rumah Jonghyun, ia berlari secepat mungkin untuk menghindari kejaran Donghae. Sesekali tembakan di pelaskannya untuk menghentikan Donghae tapi gagal, dengan gesit Donghae menghindar dari tembakan itu. Jihee mengikuti di belakang.

Si yeoja berlari menuju kerumunan orang-orang pejalan kaki, itu cukup menyusahkan bagi Donghae dan Jihee. Mereka berlari hampirt saling menabrak para pejalan kaki, dan itu membuat kericuhan tersendiri.

“Shittt…” umpat Donghae. Matanya masih tak lepas dari yeoja berambut panjang itu, dan tentu saja masih mengejarnya, begitupun dengan Jihee.

Si yeoja berlari menuju jalan raya yang ramai akan kendaraan beroda dua dan empat, namun itu tak menjadi penghalang, dengan sigap ia mengeluarkan pistol kedap suaranya dan menembak salah satu ban mobil yang sedang melaju.

Tuuussss…

Hanya suara ban mobil meletus yang menjadi kericuhan, si pengendara mobil kaget dan tak mampu mengendalikan mobilnya yang imbal -akibat ban yang meletus dengan mendadak- dan itu membuat mobil tersebut oleng yang pada akhirnya menabrak mobil yang terparkir di sisi kiri jalan.

Sekali lagi si yeoja melepaskan tembakannya. Kali ini mengenai kaca mobil yang lain, dan itu berhasil memblok jalan raya. Mobil-mobil yang lain turut berhenti, bahkan ada pula mobil yang menabrak mobil yang lain karena tak sempat lagi untuk mengerem.

Jihee dengan gesit menghindari mobil-mobil yang saling berudu itu, ia memasuki jalan raya. Sedangkan Donghae terblok oleh kerumunan orang yang panik dan menghindari jalan. Si yeoja masih berlari menyusuri jalan tanpa memperdulikan kericuhan yang dibuatnya.

Shoottt…

Ia menembak ke arah Jihee tapi gagal karena Jihee berlindung di antara mobil. Sekali lagi si yeoja menembak, tapi kali ini bukanlah Jihee sasarannya, melainkan tangi mobil yang melindungi Jihee.

“Jihee Lari!” teriak Donghae.

Jihee terkejut, matanya mengarah ke yeoja yang tersenyum penuh kemenangan ke arahnya, tapi belum sempat ia menghindar terlalu jauh…

Doorrr…

Shoootttt…

Duuuaarrrr…

Boooommmm…. (?) o.O

 

========

 

Tepat pada saat itu…

 

Yunho yang mengikuti di belakang dengan cepat menembakkan revolvernya ke arah si yeoja, dan berhasil mengenai bahu kanan yeoja itu. Tapi di saat yang bersamaan si yeoja turut melepaskan tembakannya, dan itu berhasil mengenai tangki sebelum pistolnya terjatuh ke tanah, kemudian…

Boooommmm….

Ledakanpun tak dapat di hindari, ledakan yang menyerempet ke mobil-mobil lainnya seperti kembang api yang saling bertautan. Untungnya si pemilik mobil dengan segera begegas keluar dan berlari menyelamatkan diri. Hiruk pikuk kericuhan terdengar di sepanjang jalan.

“Jihee…” Donghae berlari mendekati Jihee yang terbaring di jalan.

Si yeoja kembali mencoba untuk melarikan diri, dengan darah yang mengecer di bahunya.

Yunho kembali melepaskan tembakannya.

Doorrr…

Tapi tak mengenai si yeoja, tembakannya meleset.

Doorrr…

Yunho terkesiap, dan mengambil posisi berlindung di balik mobil ketika ia mengetahui bahwa seseorang berusaha menembaknya dari arah lain.

Doorrr… Doorrr… Doorrr…

Tembakan beruntun mengenai mobil yang melindungi Yunho. Yunho bersiaga dan dan melepaskan tembakannya ke arah seberang, sebuah mobil hitam terparkir dan beberapa orang namja keluar membuat pertahanannya sendiri. Si yeoja mengambl pistolnya yang sempat terjatuh tadi, ia langsung menembak Yunho tapi dengan arah yang kacau.

Doorrr…

Suara dari pistol Donghae turut terdengar, Dongahe menembak si yeoja yang berusaha lari, mendekati mobil hitam yang berada di seberang sana.

Baku tembak tak dapat di hindari, Jihee pun turut serta, sesekali ia melepaskan tembakan, walaupun itu tak dapat menegenai lawan karena posisinya yang kurang mengntungkan, sekarang. Ya, tubuhnya terasa sedikit remuk akibat ledakan tadi, untung saja ia berlari dengan cepat dan berhasil menjauh dari ledakan, tapi tetap saja itu membuatnya sedikit mendapatkan lecet di tubuhnya karena hantaman aspal.

Si yeoja akhirnya berhasil mendekati mobil, walaupun dengan susah payah. Namja yang keluar untuk membuat perlindungan turut masuk bersamaan dengan si yeoja, dan dengan cepat mobil hitam itu melaju meninggalkan keributan yang telah mereka buat.

 

Doorrr… Doorrr… Doorrr…

Suara tembakan Yunho masih terdengar, mengarah ke mobil yang melaju cepat itu.

“Shiiittttt!” umpatnya, membanting revolvernya ke tanah dengan gaya frustasi.

“Hah…” Jihee dan Donghae melepaskan napas lega mereka.

“Jihee, ndo gwenchana?” panik Donghae, melihat darah yang mengalir di pelipis Jihee dan beberapa luka di tubuhnya.

“Awww… akhhh…” ringis Jihee dan itu sudah menjawab pertanyaan Donghae.

“Kita ke rumah sakit sekarang, aku akan membopongmu, kau takkan bisa berjalan dengan keadaanmu itu.” Donghae langsung menangkap tubuh Jihee dan menggendongnya.

“Andwae… aku bisa sendiri, kau tak perlu menggendongku seperti ini.” tolak Jihee.

“Jangan membantah! Aku atasanmu.” Donghae membuat penekanan dalam kata-katanya dengan nada mengancam.

“Dia tak mau denganmu, biar aku saja yang membawanya.” Yunho datang mendekat dan langsung merampas tubuh Jihee dari tangan Donghae.

Kini Jihee berada dalam gendongan tangan kekar Yunho. Karena keadaan Jihee yang cukup lemah, hal itu memudahkan Yunho untuk merampasnya dari tangan Donghae, mengingat Jihee tak punya kemampuan untuk melawan dan di samping itu kondisi Donghae juga menjadi alasannya.

“Ya! Apa yang kau lakukan?!” sanggah Donghae yang langsung mendekat, namun… “Akhhh…” ia langsung meringis merasa sakit di pergelangan kakinya.

“Jangan membantah! Kau juga harus melihat kondisimu sekarang.” ujar Yunho.

 

***TBC***

Tinggalkan komentar